![]() |
Sampul |
Aku tertarik dengan buku ini karena cerpen yang ditaruh di awal: “Simulakra”, diterjemahkan dari “Simulacros” karya Edmundo Paz Soldán asal Bolivia. Bercerita tentang seorang bocah pandai berbohong sedari kecil. Ia tetap melakukannya hingga hal yang sangat krusial terjadi dan ia tetap berbohong.
Penyusun benar-benar pandai dalam menyusun cerita-cerita pendek dalam buku ini. Awalan yang menggugah dengan cerpen “Simulakra” karya Edmundo Paz Soldán dan diakhiri cerpen “Bau Mayat” yang diterjemahkan dari “Del hedor de los cadáveres” karya Sergio Ramírez asal Nikaragua. Bau mayat-nya pasti akan terngiang-ngiang di benak pembaca seusai membaca.
![]() |
Om Ronny, Sang Penyusun |
Butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku ini. Kadar sastranya tinggi dan sedikit tidak kumengerti, sehingga aku harus membacanya berulang kali untuk memahami artinya; maknanya. Mungkin seperti inilah sastra Amerika Latin sana. Aku bukan ingin mengotak-ngotakkan, sastra adalah bidang terlemahku.
Pada akhir buku ini terdapat bagian “Tentang Penulis & Muasal Tulisan” yang berisi profil para penulis dan karya-karya mereka. Masing-masing dari profesi berbeda dan memiliki latar belakang kepenulisan yang berbeda pula. Karya klasik juga terdapat pada buku ini. Tercatat ada salah satu cerpen yang terbit pada 1951.
Salah satu yang memukauku adalah cerpen “Dinosaurus” yang diterjemahkan dari “El dinosaurio” karya Augusto Monterroso. Salah satu sastrawan Italia berkomentar tentang cerpen ini: “Saya ingin menyunting kumpulan cerita yang terdiri dari satu kalimat saja, atau bahkan satu baris. Tapi sejauh ini saya belum menemukan yang setara dengan karya penulis Guatemala, Augusto Monterroso.” (hal. 136)
Cerita-cerita sangat pendek favorit: “Simulakra”, “Menghormati Genre” yang diterjemahkan dari “El respeto por los géneros” karya Ana Maria Shua dari Argentina, “Tuhan para Lalat” diterjemahankan dari “El dios de las moscas” karya Marco Denevi asal Argentina, “Pelancong” diterjehamankan dari “Los viajeros” karya Álvaro Menén Desleal, dan “Bau Mayat”.
“… Aku tidak yakin berapa banyak burung yang kulihat. Apakah jumlahnya terhingga atau tak terhingga? Persoalan ini menyangkut ada tidaknya Tuhan. Jika Tuhan ada, jumlahnya terhingga, sebab Tuhan tahu berapa banyak burung yang kulihat….” —Jorge Luis Borges (Argentina) dalam cerpen “Argumentum Ornitologicum” (hal. 41)
1 Comment
June 13, 2015
aku tertarik baca buku ini, dan nggak menang pas ada kuisnya, hahahaha