![]() |
Sampul |
Judul : Flora & Ulysses
Tahun : 2013
Dibaca : 3 Mei 2016
Rating : ★★★★
“Fear smells. And the smell of fear further incites the predator.” (hal. 122)
Bisa kembali bertemu dengan karya pengarang anyar favorit itu senang rasanya. Kenapa pengarang anyar favorit? Karena memang baru menjadikan Tante Kate pengarang favorit setelah membaca dua bukunya: “The Miraculous Journey of Edward Tulane” dan “The Tale of Despereaux”. Aku menemukan buku ini dan beberapa buku Tante Kate lain di Big Bad Wolf Books Indonesia yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Cerita lengkapnya bisa dibaca di blog Shiori-ko.
Sejak pertemuan yang menegangkan itulah Flora berteman dengan si tupai—yang kemudian diberi nama Ulysses. Bersama si tupai yang pandai menolong dan membuat puisi itu, Flora mencari tahu apa sebenarnya arti keluarga, terlepas dari kedua orangtuanya yang sudah berpisah.
Aku bertanya-tanya kata apa yang pas untuk menerjemahkan cynic menyangkut Flora. Flora menganggap dirinya tak peduli pada lingkungan sekitar, tak acuh, dan tak memiliki minat kecuali pada hal-hal yang ia inginkan. Sinis mungkin terlalu berlebihan; Flora tidak seperti itu. Kalau ada kata yang lebih halus dari “sinis”, itulah yang tepat untuk Flora.
![]() |
Ulysses (hal. 25) |
Kehadiran Ulysses sungguh membuat Flora berubah. Seperti yang sudah dijabarkan di atas bahwa Flora memang cynic. Setelah Ulysses datang, Flora menjadi semakin terbuka. Ada anak laki-laki yang tinggal di rumah Mrs. Tickham yang adalah keponakannya, bernama William Spiver. Dan Flora mulai asyik berteman dengan anak laki-laki itu. Juga tentang tetangga flat ayahnya bernama Dr. Meescham yang menceritakan kisah masa lalunya kepada Flora dan, anehnya, Flora mendengarkan dan menikmatinya.
Perubahan lain adalah dirinya yang merasa tidak disayang karena sang ibu yang begitu sibuk dengan tulisannya (ibunya seorang novelis) dan ayahnya tinggal terpisah dengannya. Tapi setelah kejadian krusial bersama Ulysses, Flora akhirnya menemukan kembali kasih sayang dari orangtuanya. Dan semoga Flora tidak lagi bersikap tak acuh atau sinis atau masa-bodo atau entah-apa-kata-yang-tepat-untuk-menggantikan-cynic.
Buku ini sangat ringan dan bisa dibaca oleh anak-anak. Dengan ilustrasi yang apik dan banyak hal konyol yang dimasukkan di dalamnya, cerita yang dibangun menjadi begitu seru. Kau akan merasakan pengalaman melihat pahlawan super berbentuk seekor tupai. Dan tentang makna tersiratnya, aku yakin bisa tersampaikan kepada pembaca. Jadi, bacalah. Mungkin kau akan mengerti kembali tentang arti kasih sayang.
“She never believed it when someone said there was god news. In her experience, when there was good news, people just said what the good news was. If there was bad news that they wanted you to believe was good news, then they said, ‘Good news!'” (hal. 175)
Ulasan ini untuk tantangan FSFD Reading Challenge 2016 kategori [2] Stand Alone.
2 Comments
May 23, 2016
Wow, langsung naksir cover bukunya! Manis khas buku anak. Dan lebih excited lagi lihat nama pengarangnya!!!!
Ternyata buku-bukunya selalu menyajikan hewan-hewan imut ya 😉
May 24, 2016
Betul, Priskila! Yang membuatku suka dengan karya-karyanya itu karena ada karakter hewannya.